Akhir-akhir
ini saya merasa menjadi tambah tidak
sinkron dalam perbuatan saya, maksudnya
apa yang saya lakukan jadi tidak sesuai
dengan apa yang ada dalam pikiran saya. Tidak dalam banyak hal sih, dan tidak
terlalu menganggu hanya menimbulkan
hal-hal lucu saja yang bisa membuat saya tertawa terbahak-bahak bila
memikirkannya kembali.
Salah satunya
seperti ini : Pada suatu hari
menjelang libur tahun baru, saya menyetir
hendak mengantar anak saya ke tempat les. Dari rumah saya harus
melewati pos satpam di gerbang
kompleks dan menyerahkan kartu pengenal kompleks ke pak satpam tapi ntah apa yang ada dalam pikiran saya,
bukannya menyerahkan kartu, saya membuka kaca lalu menjulurkan tangan
untuk salaman dengan si Pak Satpam, yang tentu saja kebingungan menerima tangan
saya untuk salaman. Anak saya Nadya yang duduk di samping saya, sambil
terbahak-bahak berkata “ Mami, kok
salaman? Nyerahin kartunya dong ”. Saya cepat-cepat mengambil kartunya dan
menyerahkan ke Pak Satpam yang
menerimanya dengan senyuman di bibirnya .
Satu cerita lagi tentang pos Satpam . Saat itu saya sendirian pulang dari
Supermarket sehabis belanja bulanan, memasuki gerbang satpam di kompleks rumah saya, tentu saya harus menurunkan kaca mobil dan mengambil kartu pengenal dari
Satpam. Bukannya mengambil kartunya tapi
saya menurunkan kaca mobil dan menyerahkan uang 2000 yang ada di dashboard
kepada Pak Satpam yang tentu saja kebingungan menerima uang 2000 an
tersebut. Dalam pikiran saya, saya harus
bayar parkir, bukan mengambil kartu
tanda pengenal . Cepat-cepat saya minta maaf ke pak satpam dan mengambil
kembali uang 2000 saya. Maaf ya Pak
Satpam, saya benar-benar tidak bermaksud mengangap bapak sebagai petugas
parkir.
April
lalu, saya bersama 4 sahabat saya
pergi ke Kuala Lumpur untuk merayakan ultah saya yang ke 40. Di sana kami
dinner di cafe yang cozy di area Bukit
Bintang. Dan sebelum mulai makan, kami pun heboh mau foto-foto untuk dipasang di media sosial. Sebelum foto di mulai, saya mau merapikan dandanan saya, saya balik
ke belakang tempat duduk saya dan berpikir cocok benar nih ternyata dinding pembatas cafe nya terbuat dari cermin
yang dibentuk kotak-kotak, jadi saya tidak perlu jalan ke toilet untuk dandan. Saya pun dengan PD nya berbalik ke dinding dan
mulai merapikan dandanan. Tapi saya shock berat, kok tidak ada bayangan
saya di cermin itu, apa yang terjadi ? Salah cerminnya atau salah saya? Kok di
Malaysia, saya jadi tak punya bayangan? Lalu
saya refleks memegang- megang kotak di dinding itu yang
ALAMAKkkk ternyata itu hanya kotak-kotak bolong yang
langsung tembus dan tidak ada cerminnya .
Sahabat saya yang melihat tingkah saya yang panik memegang kotak-kotak di dinding langsung tertawa terbahak-bahak.
Pernah satu hari , saya melihat ada belut di pasar dan membelinya. Mulai dari tawar menawar sama mas-mas penjualnya
sampai di bawa pulang , saya bilang itu belut dan mas penjualnya juga
tidak meralat saya. Sampai di rumah saya mengeluarkan belut dan
mencucinya lalu bilang ke suami “ Pa.. kok belut sekarang ada kumisnya ya?” Suami saya dengan heran melihat ke
plastik lalu tertawa lebar . “ Ma... ini lele bukan belut ”.
Karena begitu seringnya kejadian-kejadian
tidak sinkronnya saya, maka para sahabat-sahabat saya tercinta jika melihat ada orang yang tidak sinkron seperti
saya, mereka pasti akan bilang . “ Itu penyakit khas Netty yang menular”. Atau mereka akan bilang “ That
is So Net !”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar