Enjoy
Turkish Bath di Oludeniz
Turkish Bath adalah mandi ala
Raja-raja Turki. Boleh memakai Bikini bila ingin menikmati Turkish Bath, kalau
tidak pakai bikini boleh telanjang dan ditutupi dengan kain kotak-kotak khas
Turki.
Ritual Turkish Bath dimulai
dari berendam di kolam air dingin dan Sauna. Ayin dan saya tidak berendam
karena airnya dingin sekali. Ayin masuk ke ruang sauna dan saya seperti biasa
tidak masuk, karena tidak tahan dengan panasnya.
Lalu kami memasuki area
Turkish Bath. Kamar untuk Turkish Bath terdiri dari Marmer berbentuk lingkaran
di tengah ruangan. Dan Marmer berbentuk panjang seperti bangku di pinggir
ruangan. Keran-keran air mengalir dari dindingnya. Kami berdua tidur di atas
marmer berbentuk lingkaran. Marmernya rasanya panas , kami santai tertidur di
atasnya. Otot-otot tubuh yang pegal terasa ringan.
Tidak berapa lama terapis kami
seorang perempuan masuk. Tadi saat reservasi saya dan Yin sudah meminta kalau
kami tidak mau dengan terapis laki-laki “ Haram” kata saya. Terapisnya menyuruh
saya telungkup di marmer dekat dinding, dia menyalakan air kerannya lalu
menyirami saya dengan air dingin lalu air panas, setelah itu dia mengambil
sebuah kain putih panjang, bentuknya seperti kain untuk memeras santan . Lalu
dia meniup kain itu ke badan saya dan keluar busa yang sangat banyak menutupi
badan saya, rupanya itu adalah kain yang berisi biang sabun. Setelah menutupi
badan saya dengan sabun, dia menyikat badan saya dari atas ke bawah dengan
sedikit pijatan. Ritual yang sama untuk bagian depan, setelah itu dia menyiram
saya kembali dengan air untuk
membersihkan sabun . Lalu saya disuruh duduk dan dia melempar punggung saya
dengan segayung air dingin. Itulah ritual terakhir Turkish Bath. Rasanya
seperti putri yang mandi aja ada dayang-dayangnya. Setelah saya selesai Mandi
giliran Ayin yang melakukan ritual yang sama.
Selesai mandi Ayin dan saya
masuk ke massage room untuk di massage. Untuk pijatan saya tidak terlalu ,
karena kurang tenaga. Saya lebih suka bibik pijat saya yang di Bekasi,
pijatannya lebih mantap.
Selesai di pijat, muka kami di
masker dengan ramuan lumpur Turki. Kata Ayin Turki terkenal dengan lumpur-lumpurnya. Dan memang
benar setelah kami mencuci muka kami, rasanya muka kami jadi halus dan segar.
Biaya Turkish Bath include Masker lumpur adalah sebesar 85 Lira.
Kami menyelesaikan Turkish
Bath dan keluar dengan energi baru. Melihat teman-teman masih ada di toko
barang-barang antik di depan toko Turkish Bath. Kami kemudian bergabung kembali
dengan teman-teman dan melanjutkan acara shopping-shooping kami berencana
sehabis makan malam baru akan kembali ke hotel supaya ongkos taxi kami yang
mahal tidak sia-sia.
Kami makan di restoran chinese
yang dikenalkan oleh salah satu pemilik toko tempat kami berbelanja.
Restorannya sangat bagus. Dekorasinya benar-benar oriental lengkap dengan sofa
di depan perapian. Romantis jadinya. Saya dan Yen sempat duduk santai di
perapian sambil curhat-curhatan . Tong sampah di kamar mandinya terbuka dengan sensor. Jadi kita harus berdiri
di dekat tong sampahnya baru tong sampahnya akan terbuka. Turki benar-benar menerapkan safe energy.
Semua lampu-lampu baik di hotel atau di kamar mandi menggunakan sensor. Jadi
lampu akan menyala apabila kita lewati. Begitu juga tempat tissue di WC. Bila
kita mau tissue kita melambai ke arah sensornya dan tissue nya baru akan keluar
. Lampu-lampu dengan sensor memang safe energy tapi yang repot kalau kita lagi
beol. Jadinya kita tidak bisa beol dengan tenang karena kita kan duduk diam di
wc nya, lima menit kemudian lampunya mati, kita kan nggak bisa berdiri karena
masih asik beol tapi gelap, jadi kita
harus memanjangkan tangan dan melambai-lambai ke arah lampu agar lampunya nyala
kembali. Hahahaha. Repot kan?
Selesai makan, kami berjalan
santai kembali menuju tempat untuk menunggu dolmus. Dolmus itu sama dengan
angkot di Indonesia. Tapi jangan bayangkan angkotnya bobrok, jorok dan tak ber
AC. Dolmus di Turki itu Bus mini Mercedes , yang ber AC dan bersih sekali. Kami
membayar 3 lira untuk dari Oludeniz market ke Fetthiye. 8 orang baru 24
Lira.Sangat murah dibandingkan dengan
biaya taksi kami tadi siang.
Kami harus menunggu dolmusnya
di jalan di belakang toko-toko karena kata penjaga tokonya setiap sore mulai
jam 7 jalan-jalan di sepanjang ini terlarang bagi mobil biar turis bisa leluasa
jalan dan belanja. Akhirnya kami jalan lagi menuju jalan satunya. Udara yang dingin
membuat kami tak betah berdiri berlama-lama untung dolmusnya datang tak lama
kemudian.
Dolmus berhenti bukan tepat di
depan hotel kami. Kami harus berjalan lumayan jauh melewati toko-toko di Central Fetthiye. Saya dengan yakin berjalan
aja, kata Ong” Nggak usah takut tersesat kalau jalan sama Net, dia kan anjing
pelacak” ( Kurang ajar ya? ) Dan memang kami tak tersesat dan selamat sampai di
hotel tak lama kemudian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar