Day 5 : 30 April 2014 – Ankara
– Cappadocia
Highlights : Fairy Chimney,
Uchisar Castle
Hari ini kami akan menuju
Cappadocia. Perjalanan ke Cappadocia adalah 4 jam perjalanan dari Ankara. Kami
berangkat jam 9 pagi. Kemarin malam Erna Chen mendapat kabar bahwa papanya jadi
melakukan operasi di Penang. Erna agak sedih
pagi ini, sehingga kami berusaha
menghiburnya dan menenangkannya kalau papanya pasti akan sembuh dan kami semua
akan ikut berdoa untuknya. Di mobil
seperti biasa kami bercanda gila-gilan. Kali ini Ayin bercandain salah satu
teman kita di Jakarta si Ationg yang menitipkan madu penguat ke saya. Ayin
bilang gara-gara mau beli madu itu saya
di ciduk polisi. Hahahaha. Tiong jadi kalang kabut dengarnya ( Sorry Tiong )
Di tengah perjalanan menuju
Cappadocia, sang supir yang penuh pengertian berhenti di sebuah danau indah
supaya kami bisa berfoto. Danau ini bernama Salt lake. Ajaib ya, Danau, tapi airnya asin dan bisa menghasilkan garam. Menuju
danau, kami ditawari dengan lulur garam untuk muka dan badan yang katanya
bermanfaat untuk menghaluskan wajah. Sertac juga mengajak kami makan es krim di
toko es krim. Katanya es krim ini adalah es krim terlezat di Turki karena
dibuat dari susu kambing. Dan memang saya yang penggila es krim suka banget es
krim ini.
Jam 1.30 kami sampai ke kota
Urgup Cappadocia. Dari kejauhan kami melihat pemandangan yang sungguh belum
pernah kita liat di manapun. Landscape kuning keemasan naik turun membentuk
siluet-siluet permukaan yang indah .
Keindahan dan keunikkan pemandangan di Cappadocia susah diungkapkan dengan
kata-kata,jadi saran saya kalau berkesempatan ke Turki, Cappadocia adalah suatu tempat yang
harus dikunjungi
Kami di bawa Sertac ke
restoran untuk makan siang. Nama restorannya Aydede Restaurant. Restoran ini dikelilingi pemandangan
gunung-gunung berwarna kecoklatan dan design restorannya seperti rumah-rumah
jaman dulu dengan nuansa bebatuan. Restoran ini mungkin adalah restoran wajib
yang harus dikunjungi turis saat di
Urgup. Saya melihat banyak grup turis yang sedang makan di restoran ini. Selain
mungkin karena makanannya juga Lezat,
restoran ini juga menyediakan atraksi
menarik kepada para pengunjung sebelum memulai santapannya. Saya berkesempatan untuk memecahkan kendi yang
berisi daging domba yang dimasak di dalam kendi tersebut. Saya dengan gaya profesional dan sekali
sabetan berhasil memecahkan kendi
tersebut. Tepuk tangan dari pengunjung dan para mommy membuat saya sedikit
tersipu malu ( malu-maluin atau malu ???
Selesai makan kami mengunjungi
fairy Chimney , ini adalah suatu dataran luar biasa indah yang terdiri dari
batu-batu indah berbentuk jamur, atau cerobong asap menurut Sertac. kalau menurut saya
batu-batuan indah yang bersusun berjejer itu lebih mirip .... Hihihi Penis. Dan
semua mommy setuju kalau bentuknya lebih mirip Penis daripada jamur. How about
you? Iseng kami pun muncul. Saya disuruh
menjulurkan lidah dan Ayen sang
photographer akan membuat saya seperti menjilat batu-batunya. Pas sedang
bergaya ada seorang Bapak Bule yang heran melihat tingkah laku saya, dia
berjalan lurus tetapi kepalanya terus melihat ke arah saya yang sedang bergaya
menjulurkan lidah, dan Bapak itupun jatuh terpental karena jalanan yang tidak
rata. Kami tertawa bercampur kasian melihatnya. Sang Bapak lalu berjalan ke
arah kami dan melihat hasil foto Yen.. dan parahnya dia juga minta di foto
seperti saya. Hahaha. Tapi dia tak berani se vulgar saya, dia hanya berfoto
seperti sedang mengelus batang jamurnya.
Oh ya sebelum berfoto gaya
jilat menjilat tersebut, Yen, Ong, Chen, Yin dan saya mencoba naik ke
atas bukit yang kelihatannya tidak terlalu tinggi, soalnya kami melihat seorang
Bapak bisa naik dengan santai . Kami pun
naik dan hati-hati melangkah karena batu-batunya lumayan licin, dan ketika kami
hampir sampai ke atas, tak sengaja kami serentak melihat ke bawah dan alamak
rupanya tinggi juga akibatnya kami diam tak bergerak di sisi itu. Terduduk
lemas dan tak berani melangkah. Maju salah, mundur takut. Geli campur takut
kami berlima pun akhirnya duduk diam menenangkan nafas lalu membuat keputusan
untuk merangkak turun kembali pelan-pelan sambil berpegangan tangan. Kalau
sudah berumur jangan Sok ya, kata kami saling mengingatkan ketika berhasil
turun ke bawah.
Dari Fairy Chimney kami menuju
landscape landscape indah lainnya .
Bebatuannya ada yang berbentuk Unta, Pinguin, dll . Sertac menyuruh kami untuk menggunakan
imajinasi saat melihat bebatuan itu. Jadi saya tak salah kan kalau di Fairy Chimney
imajinasi saya mengatakan lebih mirip penis daripada jamur. Hahahahaa. Bebatuan
di Cappadocia ini terjadi karena letusan
gunung berapi ribuan tahun yang lalu, jadi bukan buatan manusia. Setelah puas
menikmati pemandangan indah kami dibawa
“Darling” ke suatu pabrik karpet ( inilah salah satu trip yang tak bisa
dihindari kalau ikut tur, selalu dibawa ke mana-mana untuk beli barang) Kami
di bawa ke rumah penduduk untuk melihat cara membuat karpet. Menurut Sertac
perempuan Turki jaman dulu harus bisa menganyam Karpet sebagai syarat untuk
menikah dan laki-lakinya harus bisa membuat keramik. Toko karpetnya luar biasa
besar, dan yang paling luar biasa adalah tiga anak laki-laki pemilik toko karpet.
Gantengggggggggggggggggg sekali. ( G saya panjang banget, karena anaknya
benar-benar ganteng) sampai kami mau
minta foto pun malu karena takut
dibilang cari perhatian. Ayen akhirnya membeli satu buah sajadah untuk
clientnya dan menyelamatkan muka kami di depan cowok- cowok ganteng itu. Bayangin aja 3 cowok ganteng,
badan bagus, bau harum melayani kita ber delapan memperlihatkan karpet-karpet
indah. Kalau bisa beli mau deh kita beli semua supaya tidak malu-maluin, tapi
harganya mahal sekali dan tentu saja susah bawanya. Thanks
Yen uda jadi penyelamat kita.
Di perjalanan menuju hotel
kami minta ke Sertac untuk membawa kami membeli nasi karena kami mau makan di
kamar saja dengan lauk-lauk lezat kami,
kami sudah tidak ingin keluar dari hotel lagi. Kami ingin menikmati hotel kami
yang ada di gua yang menurut Sertac adalah the best hotel selama perjalanan
kami ini.
Waktu sudah menunjukan pukul 7
ketika kami sampai di hotel kami “Konak Cave hotel”. Hotelnya di atas bukit.
Naik tangganya banyak banget, ngos-ngosan kami angkat koper kami. Sertac dan
pak supir juga ngos-ngosan. Tapi rasa ngos-ngosannya terbayar karena kamarnya
sangat indah. Kami serasa tinggal di gua supermewah . Setiap kamar designnya
berbeda-beda. Kamar Ayin dan Chen Tini seperti kamar honey moon ada tirai yang
membatasi ruang tamu ke kamar tidur.
Kamar Chen Erna dan Rina adalah family room karena ada 1
tempat tidur king dan 2 tempat tidur single di kamarnya. Yen dan Ivy memutuskan
untuk tidur bareng Erna dan Chen supaya kamar mereka berdua tidak terpisah jauh
dengan kami. Kamar saya dan Ong hanya
ada satu tempat tidur queen dan satu tempat tidur single . Setiap kamar
dilengkapi kamar mandi super luas dengan jaccuzi. Ivy sempat berfoto ala
bintang iklan sabun lux di jaccuzinya. Malam itu kami kongkow dan makan malam
di kamar Chen dan Yin, biasa dengan menu andalan kami, sambel terasi, abon,
ikan teri, sambel ebi . Acara makan dan kongkownya sampai jam 10 malam,
meskipun belum ngantuk banget tapi kami harus segera tidur karena besok Yen,
Yin, Chen tini dan Ivy pagi-pagi harus bangun untuk naik hot ballon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar